
Keterangan Gambar : Kang Oos Supyadin SE MM, Pemerhati Kesejarahan & Budaya.
UGDNEWS.COM - Kini Hari Santri termasuk salah satu peringatan nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober. Hari Santri yang diperingati secara nasional ini bertujuan untuk menghormati dan memperingati peran santri dalam sejarah bangsa Indonesia, maka tak berlebihan jika penulis menulis judul Santri Penjaga NKRI.
Tercatat Dalam Sejarah Nasional
Mengutip buku berjudul Diplomasi Santri karya Arifi Saiman, santri dahulu dikenal sebagai kaum sarungan. Istilah kaum sarungan dimaknai sebagai kaum agamis tradisionalis yang kesehariannya tidak jauh dari musala, masjid, pesantren, dan kitab kuning.
Kaum santri juga disebut memberikan kontribusi penting pada masa kemerdekaan, di mana mereka terjun ke medan laga untuk berperang melawan penjajah di tanah air. Peristiwa pertempuran Kota Surabaya tahun 1945 menjadi saksi keheroikan para santri.
Semangat para santri mengusir penjajah tidak lepas dari pengaruh resolusi jihad K.H. Hasyim Asy'ari dengan fatwanya Hubbul wathan minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman). Resolusi jihad K.H. Hasyim Asy'ari tanggal 22 Oktober 1945 merupakan momentum penting kaum santri. Resolusi Jihad inilah yang menjadi tonggak diperingatinya Hari Santri Nasional sekaligus membuktikan bahwa Santri memiliki peran kuat dalam menjaga NKRI selama ini.
Hal Ihwal Istilah Santri
Sulit untuk menentukan secara pasti kapan dan di mana istilah "santri" pertama kali digunakan, karena asal-usulnya memiliki beberapa teori yang berbeda. Istilah ini sudah ada sejak masa awal penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, yang merujuk pada murid-murid yang mendalami ilmu agama di lembaga pendidikan tradisional, atau yang kini dikenal sebagai pesantren.
Beberapa teori mengenai asal-usul istilah kata "santri" sebagai berikut :
1. Dari bahasa Sanskerta: Salah satu teori yang paling banyak disebut adalah bahwa kata "santri" berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu shastri, yang berarti orang yang tahu atau mempelajari kitab suci. Teori ini didukung oleh ahli seperti C.C. Berg dan Clifford Geertz. Pendapat ini didasarkan pada fakta bahwa bahasa Sanskerta banyak digunakan pada masa Hindu-Buddha di Nusantara sebelum masuknya Islam.
2. Dari bahasa Jawa Kuno: Teori lain menyebutkan bahwa "santri" berasal dari kata cantrik dalam bahasa Jawa. Cantrik berarti pengikut atau murid seorang guru. Dalam konteks ini, santri adalah murid yang selalu mengikuti gurunya (kyai). Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurcholish Madjid dalam buku Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (1999), santri diartikan sebagai kosakata dari bahasa Jawa dari kata 'cantrik'. Kata 'cantrik' artinya "orang atau murid yang selalu mengikuti gurunya'.
3. Dari bahasa Tamil: Ada pula pandangan yang dikemukakan oleh Prof. Johns, yang menyebutkan bahwa "santri" berasal dari bahasa Tamil, dengan arti "guru mengaji".
4. Dari bahasa Arab: Beberapa pandangan ulama juga mengaitkan "santri" dengan bahasa Arab. Ada yang mengaitkannya dengan kata sanātri (murid atau pelajar) atau akronim dari huruf-huruf Arab tertentu yang memiliki makna filosofis. Akronim "santri" dalam bahasa Arab umumnya merujuk pada 5 huruf Arab, sin, nun, ta, ro, ya (سنتري) yang memiliki makna filosofis mendalam. Akronim ini sering diartikan sebagai: Sa Na Ta Ra Ya:
* S (Sin): Saafiqa al-khair (سَافِقُ الخَيْرِ) atau Salikun ilal akhirah (سالك إلى الأخرة) yang berarti "pelopor kebaikan" atau "menempuh jalan akhirat".
* N (Nun): Naashibu al-ulama (نَاسِبُ العُلَمَاءِ) atau Na'ibun 'anil masyayikh (نائب عن المشايخ) yang berarti "penerus ulama" atau "wakil dari para kiai".
* T (Ta): Taarikul ma'ashi (تَارِكُ الْمَعَاصِى) yang berarti "orang yang meninggalkan maksiat".
* R (Ro): Ridha Allah (رِضَى اللهِ) atau Raghibun fil khairat (راغب فى الخيرات) yang berarti "ridho Allah" atau "senang kepada kebaikan".
* Y (Ya): Al-yaqin (اَلْيَقِيْنُ) atau Yarjus salamah (يرجو السلامة) yang berarti "keyakinan" atau "mengharapkan keselamatan".
Beberapa ahli juga memiliki penafsiran lain untuk beberapa huruf, seperti:
* Sin: Ada yang mengartikannya sebagai Satrul 'aurah (satrul 'awrah) atau "menutup aurat".
* Ta: Ada juga yang mengartikan Ta'ibun 'anidz dzunub (ta'ibun anidz dzunub) atau "orang yang bertaubat dari dosa".
Penggunaan dan perkembangan istilah santri sudah ada sejak masa proses penyebaran Islam di tanah Jawa, yang dipimpin oleh para Wali Songo pada abad ke-14 dan menjadi salah satu awal mula tradisi pesantren. Para murid yang mendalami ilmu agama di pondok-pondok mereka kemungkinan sudah dikenal sebagai santri.
Pada perkembangan berikutnya Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia maka berdirilah lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional seperti pesantren, maka istilah santri pun semakin kuat merujuk pada siswa yang tinggal dan belajar di dunia pesantren.
Kesimpulan
Berdasarkan peran historis dan kontemporer sebagaimana diuraikan diatas, Santri penjaga NKRI memiliki beberapa alasan utama yaitu :
A. Perjuangan kemerdekaan
1. Resolusi Jihad: Pada 22 Oktober 1945, para ulama mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad yang mewajibkan seluruh umat Islam untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi ini mengobarkan semangat perlawanan para santri dan rakyat di Surabaya, yang memuncak pada pertempuran 10 November 1945.
2. Peran fisik dan intelektual: Sejak era penjajahan, pesantren menjadi pusat perlawanan. Para kiai dan santri tidak hanya bertempur di medan perang, tetapi juga menyebarkan nilai-nilai nasionalisme dan semangat perjuangan melalui pendidikan dan dakwah.
B. Memperkuat nilai-nilai kebangsaan
1. Wawasan kebangsaan: Pendidikan di pesantren menggabungkan ilmu agama dengan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan. Santri dididik untuk mencintai tanah air sebagai bagian dari ajaran agama (Hubbul Wathan minal Iman), sehingga mengakar kuat dalam diri mereka.
2. Persatuan dan toleransi: Melalui ajaran Islam moderat, pesantren menanamkan nilai-nilai toleransi, kedamaian, dan persatuan. Hal ini berperan penting dalam merawat keragaman yang ada di Indonesia dan mencegah perpecahan.
C. Kontribusi pada pembangunan
1. Pembangunan karakter: Santri berperan aktif dalam pembangunan bangsa dengan menyebarkan nilai-nilai moral dan etika, baik di lingkungan pesantren maupun masyarakat luas.
2. Pemberdayaan masyarakat: Santri kerap terlibat dalam kegiatan sosial, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi di tengah masyarakat. Hal ini memperkuat pondasi sosial dan ekonomi negara dari tingkat akar rumput.
D. Membendung radikalisme
* Menyebarkan moderasi: Dengan berlandaskan pada ajaran Islam moderat (wasathiyah), para santri berperan aktif dalam membendung dan melawan paham-paham radikalisme serta ekstremisme yang dapat mengancam keutuhan NKRI.
Dengan perpaduan pendidikan agama yang mendalam, semangat nasionalisme yang tinggi, dan kontribusi nyata dalam kehidupan sosial, para santri memiliki peran tak tergantikan dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan Indonesia.
SELAMAT HARI SANTRI
Semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih tentang Santri.
Oleh : Kang Oos Supyadin SE MM, Pemerhati Kesejarahan & Budaya.
(Penulis pada tahun 1988 - 1991 menjadi santri di Pesantren Nurul Huda Cibodas Cikajang Garut, ketika itu bersamaan sekolah di SMAN Giriawas Cikajang)
Disclaimer :
Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi. Segala bentuk analisis, pendapat, dan kesimpulan dalam tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaksi berkomitmen untuk menjunjung tinggi kebebasan berekspresi yang bertanggung jawab sesuai dengan prinsip jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.













LEAVE A REPLY